Rabu, 09 Februari 2011

MOTIVATION STORY BY FINDING LIGHT

Tangan Dalam Botol

    Menarik untuk merenungkan kembali apa yang disampaikan Eric Butterworth dalam bukunya The Universe is Calling (HarperCollins Publisher, 1994). Salah satu illustrasinya, metode unik yang dipakai orang Amerika Serikat (AS) dalam menangkap monyet dihutan Afrika untuk dikirim ke berbagai kebun binatang di AS.
    Dengan cara amat manusiawi, para pemburu menggunakan sebuah botol besar dengan leher yang sempit sebagai perangkapnya. Umpannya berupa kacang-kacangan dan buah-buahan. Umpan ditaruh di dalam botol. Tujuannya, agar monyet bisa ditangkap hidup-hidup tanpa terluka. Pagi hari botol botol-botol itu ditaruh di hutan, lalu esoknya para pemburu datang lagi untuk mengecek monyet yang tertangkap.
    Bagaimana kaum monyet itu diperdaya? Begini, karena tertarik oleh warna dan aroma buah yang menyengat, para monyet mendatangi botol-botol itu. Mereka lalu mencoba meraih kacang atau buah itu dengan memasukkan tangannya ke dalam botol. Kalau sudah begini, mereka tidak akna bisa menarik tangannnya ke luar botol selama tangannya menggenggam kacang atau buah. Mereka juga tak mampu membawa lari botol karena berat.
    Barangkali kita akan menertawakan betapa tololnya monyet-monyet itu. Padahal, tanpa sadar kita sering berperilaku seperti mereka, memegang erat-erat problem hidup yang kita hadapi. Ibaratnya, menenteng-nenteng “botol problem” ke mana-mana. Artinya, kita membiarkan diri tertangkap dalam botol problem itu. Mengasihi diri, seolah merasa seolah sebagai manusia yang paling menderita, paling sengsara, paling miskin, dan sebagainya. Ke sana kemari pasang muka memelas, minta belas kasihanorang lain, berdoa siang-malam memohon pertolongan-Nya.
    Padahal kita tahu. Tuhan tak akan member beban yang tak bisa kita tanggung. Dari sini bisa ditarik kesimpulan atas pesan yang disampaikan Butterworth. Salah satunya, “praying is listen“. Bukan melulu minta agar sesuatu menjadi baik, tapi melihat sesuatu dengan sebaik-baiknya. Mengamati sesuatu ditempat yang tinggi, agar mampu “ melihat dari sekadar yang tampak”. Dengan begitu kita akan bisa menemukan jalan keluar. Tidak perlu harus terperangkap dengan tangan dalam botol. Dengan begitu kita bisa bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar